AHMAD TARMIZI

AJANG SILATURRAHIM DAN MEMPERERAT PERSAUDARAAN

Jumat, 20 Februari 2015

AWALNYA DARI NIAT

Awalnya dari niat. Maka, atas dasar apakah engkau menikahi istrimu? Jika gadis yang engkau pinang itu cantik, apakah engkau menikahinya karena mengharap keindahan dan kecantikan? Ataukah, karena khawatir kecantikannya dapat membuatmu terjerumus kepada maksiat, lalu engkau berusaha dengan sungguhsungguh untuk segera menikahinya demi menjaga kehormatanmu.
Beda sekali antara keduanya. Yang pertama dapat mendatangkan kekecewaan setelah menikah. Pernikahan sangat sedikit barakahnya. Sedang yang kedua, insya- Allah akan dipenuhi barakah dari Allah yang terus melimpah.
Ketika engkau melihat calon istrimu memiliki ilmu agama yang bagus, atas dasar apakah engkau memilihnya? Ketika engkau melihat calon istrimu berkecukupan, atas dasar apakah engkau meminangnya? Ketika engkau melihat calon istrimu berkekurangan, atas dasar apakah engkau memintanya kepada kedua orangtuanya.
Awalnya adalah niat. Maka aku bertanya kepadamu wahai istriku, apakah yang menggerakkan hatimu untuk mempercayakan kesetiaanmu padaku? Niatmu akan mempengaruhi bagaimana engkau merasakan arti saat-saat berdekatan, keindahan saat bersama, keadaan hati saat menghadapi masalah, sampai bagaimana engkau merasakan arti darah setetes ketika melahirkan, juga ketika harus bangun saat anakmu terbangun dari tidurnya.
Aku mendengar, kata Umar bin Khaththab RA, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan itu (dinilai) hanya berdasarkan niatnya (innamal a’malu binniyyati) dalam riwayat lain: sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa yang ia niatkan; barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan Rasul-Nya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya atau perempuan yang ingin dinikahinya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada apa yang menjadi tujuan hijrahnya itu.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi dan An-Nasa’i, shahih).
Awalnya dari niat. Nikah juga diawali dengan niat. Niat yang baik dan jernih akan mendekatkan kepada barakah. Semakin baik niat kita, insya-Allah semakin barakah rumah tangga kita, sekalipun kita tidak bisa menunaikan seluruh perkara yang kita niatkan dengan sebaik-baiknya. Bahkan kalau kita tidak bisa mengamalkan apa yang sudah kita niatkan dengan sungguh-sungguh, maka bagi kita apa yang kita niatkan. Allah menyempurnakan apa yang kita niatkan, sekalipun kita tidak bisa melaksanakan.
Adapun jika engkau telah berniat dengan niat yang baik, maka berbahagialah, sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Niat orang mukmin lebih baik daripada perbuatannya. Sementara niat orang fasik lebih jelek daripada perbuatannya.”
Maka marilah kita meniatkan satu kebaikan di dalam pernikahan. Niat mendidik anak dengan sebaik-baik pendidikan. Niat menetapkan satu sunnah hasanah dalam keluarga. Niat untuk melaksanakan perbuatan yang mendatangkan barakah bagi kita beserta istri (suami) kita. Niat untuk memuliakan istri dengan perkataan yang lembut. Serta niat lain.
Satu niat saja yang sungguh-sungguh ingin kita kerjakan, insya-Allah menjadi pintu barakah, kebaikan berlipat-lipat yang terus berkembang. Hanya Allah yang berhak menentukan kebaikan apa yang dikaruniakan kepada kita di dunia dan akhirat.
Biarlah Rasulullah yang Menjadi Wali. Hari ini, ketika Anda sedang mempertimbangkan mengenai mahar dari suamimu, marilah kita mendengarkan nasehat Rasulullah Saw dalam sebuah khotbahnya, Rasulullah menjanjikan, “Jangan mempermahal nilai maskawin. Sesungguhnya kalau laki-laki itu mulia didunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan menjadi wali pernikahannya. (HR Ash-habus Sunan).
Kalau Rasulullah menjadi wali pernikahan, Allah akan melimpahkan barakah-Nya. Mudah-mudahan pernikahan itu penuh barakah sampai ke anak-cucu. Mudah-mudahan dari pernikahan itu lahir anak-anak yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illallah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Jangan mempersulit wanita-wanita yang dalam perwalianmu dengan mahar yang tinggi. Mudahkanlah, niscaya akan kamu dapati barakahnya. Karena dengan meringankan mahar mereka dan memberi jalan mudah untuk pernikahannya akan memperindah akhlak wanita itu. Namun sebaliknya, adalah kemalangan yang akan menimpa wanita (yang dalam perwalian)mu jika kamu memberatkan maharnya dan mempersulit pernikahannya dan itu dapat menyebabkan akhlaknya menjadi buruk.”
Tuntutan psikis yang tinggi
menjadikan apa yang dipandang selalu kurang.
Kalau Anda memakai kacamata gelap,
matahari yang terang pun kelihatan redup!

Mari kita ingat peringatan ‘Abdul Hamid Kisyik, seorang ulama Mesir yang memiliki pena tajam. Beliau berkata, “Jika mahar dibuat mahal, akhirnya menyebabkan kerusakan dan keresahan di muka bumi. Hal ini tidak lagi maslahat untuk ummat. Karena itu, wanita yang paling sedikit maharnya justru memiliki keagungan dan akan mendapat kebarakahan yang amat besar.”