AWALNYA DARI NIAT
Awalnya dari niat. Maka, atas dasar apakah engkau
menikahi istrimu? Jika gadis yang engkau pinang itu cantik, apakah engkau
menikahinya karena mengharap keindahan dan kecantikan? Ataukah, karena khawatir kecantikannya dapat membuatmu
terjerumus kepada maksiat, lalu engkau berusaha dengan sungguhsungguh untuk
segera menikahinya demi menjaga kehormatanmu.
Beda sekali antara keduanya. Yang pertama dapat
mendatangkan kekecewaan setelah menikah. Pernikahan sangat sedikit barakahnya.
Sedang yang kedua, insya- Allah akan dipenuhi barakah dari Allah yang terus
melimpah.
Ketika engkau melihat calon istrimu memiliki ilmu
agama yang bagus, atas dasar apakah engkau memilihnya? Ketika engkau melihat
calon istrimu berkecukupan, atas dasar apakah engkau meminangnya? Ketika engkau
melihat calon istrimu berkekurangan, atas dasar apakah engkau memintanya kepada
kedua orangtuanya.
Awalnya adalah niat. Maka aku bertanya kepadamu wahai
istriku, apakah yang menggerakkan hatimu untuk mempercayakan kesetiaanmu
padaku? Niatmu akan mempengaruhi bagaimana engkau merasakan
arti saat-saat berdekatan, keindahan saat bersama, keadaan hati saat menghadapi
masalah, sampai bagaimana engkau merasakan arti darah setetes ketika
melahirkan, juga ketika harus bangun saat anakmu terbangun dari tidurnya.
Aku mendengar, kata Umar bin Khaththab RA, Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan itu
(dinilai) hanya berdasarkan niatnya (innamal a’malu binniyyati) dalam riwayat
lain: sesungguhnya setiap orang hanya memperoleh apa
yang ia niatkan; barangsiapa yang hijrahnya (diniatkan) kepada Allah dan
Rasul-Nya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
barangsiapa hijrahnya (diniatkan) kepada dunia yang ingin diraihnya atau
perempuan yang ingin dinikahinya maka (nilai) hijrahnya adalah kepada apa yang
menjadi tujuan hijrahnya itu.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud,
Turmudzi dan An-Nasa’i, shahih).
Awalnya dari niat. Nikah juga diawali dengan niat.
Niat yang baik dan jernih akan mendekatkan kepada barakah. Semakin baik niat
kita, insya-Allah semakin barakah rumah tangga kita, sekalipun kita tidak bisa
menunaikan seluruh perkara yang kita niatkan dengan sebaik-baiknya. Bahkan
kalau kita tidak bisa mengamalkan apa yang sudah kita niatkan dengan
sungguh-sungguh, maka bagi kita apa yang kita niatkan. Allah menyempurnakan apa
yang kita niatkan, sekalipun kita tidak bisa melaksanakan.
Adapun jika engkau telah berniat dengan niat yang
baik, maka berbahagialah, sebab Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda, “Niat orang mukmin lebih baik daripada perbuatannya. Sementara niat
orang fasik lebih jelek daripada perbuatannya.”
Maka marilah kita meniatkan satu kebaikan di dalam
pernikahan. Niat mendidik anak dengan sebaik-baik pendidikan. Niat menetapkan
satu sunnah hasanah dalam keluarga. Niat untuk melaksanakan perbuatan yang
mendatangkan barakah bagi kita beserta istri (suami) kita. Niat untuk
memuliakan istri dengan perkataan yang lembut.
Serta niat lain.
Satu niat saja yang sungguh-sungguh ingin kita
kerjakan, insya-Allah menjadi pintu barakah, kebaikan berlipat-lipat yang terus
berkembang. Hanya Allah yang berhak menentukan kebaikan apa yang dikaruniakan
kepada kita di dunia dan akhirat.
Biarlah Rasulullah yang
Menjadi Wali. Hari ini,
ketika Anda sedang mempertimbangkan mengenai mahar dari suamimu, marilah kita
mendengarkan nasehat Rasulullah Saw dalam sebuah khotbahnya, Rasulullah menjanjikan,
“Jangan mempermahal nilai maskawin. Sesungguhnya kalau laki-laki
itu mulia didunia dan takwa di sisi Allah, maka Rasulullah sendiri yang akan
menjadi wali pernikahannya. (HR Ash-habus Sunan).
Kalau Rasulullah menjadi wali pernikahan, Allah akan
melimpahkan barakah-Nya. Mudah-mudahan
pernikahan itu penuh barakah sampai
ke anak-cucu. Mudah-mudahan dari pernikahan itu lahir anak-anak yang memberi
bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaha illallah.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Jangan
mempersulit wanita-wanita yang dalam perwalianmu dengan mahar yang tinggi.
Mudahkanlah, niscaya akan kamu dapati barakahnya. Karena
dengan meringankan mahar mereka dan memberi jalan mudah untuk pernikahannya
akan memperindah akhlak wanita itu. Namun sebaliknya, adalah kemalangan yang
akan menimpa wanita (yang dalam perwalian)mu
jika kamu memberatkan maharnya dan mempersulit pernikahannya dan itu dapat
menyebabkan akhlaknya menjadi buruk.”
Tuntutan psikis yang tinggi
menjadikan apa yang dipandang selalu kurang.
Kalau Anda memakai kacamata gelap,
matahari yang terang pun kelihatan redup!